My Coldest CEO

14| Night In Mexico



14| Night In Mexico

0Barceló Mexico Reforma     

Saat ini, tepat pada pukul 11.00 PM di Mexico, Leo sudah berada di sebuah hotel bintang lima yang tentu saja memiliki kualitas tinggi. Ia bersyukur sekali karena bisa menapakkan kakinya di atas lantai kamar hotel yang ia tempati.     

Melepaskan tuxedo di tubuhnya, lalu meletakkannya di atas sebuah gantungan berdiri yang berada di dekat meja rias. Melonggarkan dasi, sambil kedua kakinya mulai melepas sepatu yang menjadi alas kakinya bersamaan dengan kaos kaki hitam tanpa motif.     

Ia membawa satu koper kerja yang memuat peralatan sederhana saja, yang lainnya nanti ia bisa beli seperti baju ganti atau hal lainnya. Menaruhkan tepat di atas nakas, lalu menghembuskan napas pelan.     

Memikirkan kira-kira siapa wanita yang mengangkat teleponnya tadi, ia pun tidak tahu menahu akan hal itu. Saat ia berhenti berbicara untuk mengingat suara itu, malah wanita di seberang menanyakan kehadirannya. Ia masih belum puas karena belum menemukan sang pemilik suara yang pernah singgah di indra pendengarannya, memiliki sebuah saran yang bagus hanya untuk sekedar mengobrol cantik.     

Suara yang lembut tapi kali ini terdengar kesal dengan dirinya, loh padahal ia kan sama sekali tidak mengatakan hal apapun selain menanyakan dimana Azrell, iya kan?     

Ah mengingat wanita itu, ia sama sekali tidak memberikan balasan apapun untuk spam chat yang masuk ke dalam ponselnya.     

Tok     

Tok     

Tok     

Pintu kamar hotel yang di tempati dirinya ini ketuk dengan perlahan. "Permisi Tuan, pesanan makan malam anda sudah siap." ucap seorang laki-laki yang mengetuk pintu tersebut dari luar sana.     

"Iya, masuk saja." ucapnya dengan suara bariton yang langsung saja menginterupsi suasana. Iya benar ia memesan sebuah menu untuk mengganjal perutnya sebelum tertidur. Memang terdengar menambah kalori dan tidak bagus makan di jam yang hampir menginjak tengah malam ini, tapi mau bagaimana lagi perutnya sudah keroncongan.     

Pintu kamar terbuka lalu tampak seorang laki-laki dengan seragamnya yang mulai masuk ke dalam kamar, mendorong sebuah service stand trolley.     

"Permisi Tuan," ucapnya yang kembali melontarkan kalimat sopan itu. Leo hanya menganggukkan kepalanya saja, membuka jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya dan meletakkan secara perlahan juga di atas nakas.     

Ia membiarkan laki-laki tersebut melakukan pekerjaannya, dengan mulai menyusun seporsi hidangan dan juga minuman beralkohol ke atas meja yang berhadapan dengan sebuah sofa.     

Mengambil dompet dari saku celananya, lalu beranjak dari duduk untuk memberikan beberapa lembar dolar sebagai tip. Kasihan sudah semalam ini tapi masih sanggup melayani tamu.     

"Terimakasih banyak." ucapnya sambil menyodorkan dolar yang berada di tangannya.     

Sang pelayan itu menatap Leo dengan raut wajah tidak percaya. "Tapi Tuan, ini terlalu berlebihan." ucapnya yang malah protes dengan nada bicara tidak enak. Seumur hidupnya, ya paling mentok ia mendapatkan $25 saja sebagai tip. Tapi kali ini, tidak mungkin kan seorang Leo memberikan tip sebesar $100 pada dirinya?     

Leo menaikkan sebelah alisnya, lalu memaksa tangan laki-laki tersebut untuk menggenggam lembaran dolar yang berada di tangannya. "Anggap saja hadiah di malam hari, iya kan?" ucapnya sambil menaikkan senyuman hangat.     

Bagi Leo, harta bukan segala-galanya. Ia sangat menentang jika banyak orang yang mengatakan 'uang adalah kunci utama'. Karena segalanya tidak akan pernah bisa teraih tanpa kerja keras, bukan tanpa uang, iya kan?     

Uang mudah di cari, ya contohnya seperti yang saat ini dia lakukan untuk sang pelayan. Membayar kinerja orang lain dengan imbalan yang berlebihan memang terdengar seperti membuang-buang uang, tapi memang itu lah kenyataannya.     

"Terimakasih banyak, Tuan. Semoga Tuhan selalu memberikan kebahagiaan untuk mu," ucap sang pelayan sambil menunjukkan raut wajah damai yang sangat sopan, tercetak jelas di permukaan wajahnya.     

Membungkuk dengan sopan, lalu menerima dengan sorot mata terharu atas kebaikan Leo. Ia kembali memegang gagang troli yang di bawanya, lalu melangkahkan kakinya kembali keluar kamar hotel supaya sang tamunya itu bisa melakukan kegiatannya.     

Sedangkan Leo? Ia yang tadinya menatap pelayanan tersebut sudah hilang dari pandangannya karena menutup pintu kembali dengan rapat, ia langsung saja mengalihkan pandangannya pada sebuah menu yang tadi di pesannya.     

Fajita dan juga tequila adalah hidangan dengan pelengkap yang cocok untuk makan malamnya pada hari ini. Memang waktu London dan juga waktu di Mexico lebih cepat 6 jam, makanya kini rasanya sangat lapar.     

//Fyi; potongan daging sapi, khususnya bagian steak dari sapi yang disajikan panggang. Potongan daging ini panjang dan sempit, persis seperti ikat pinggang kecil, karena itu namanya. Daging panggang ini dapat disajikan di dalam bungkus tortilla tepung atau dapat disajikan dengan bawang dan lada langsung dari wajan mendesis.//     

Sebelum mulai mendaratkan bokong di atas sofa yang sangat empuk itu, ia langsung saja bergerak untuk mengambil ponsel supaya nanti saat makan dirinya masih bisa melihat-lihat berita atau sekedar membuka sosial media.     

"Aku mendapatkan mu," ucapnya begitu sebuah benda pipih yang dicarinya sudah masuk ke dalam genggaman. Ia kembali melangkahkan kaki ke arah meja dan sofa santai, baru lah kini sudah mendaratkan bokong di sana.     

Makan malam, sendirian, dengan tenang. Lagi-lagi sendirian, menjadikan dirinya berharap kalau ada wanita aneh yang masuk ke dalam kamarnya dan mengatakan ingin bertemu dengan Tuan-nya. Ah tidak, itu pemikiran konyol.     

"Ayolah Leo, ini bukan London. Dan wanita gila macam apa yang terbang ke Mexico sendirian hanya untuk menemui atasannya?" tanyanya pada diri sendiri. Akibat dari pikirannya itu, ia menjadi terkekeh kecil.     

Mengambil peralatan makan yang sudah tersedia dan memotong-motong menjadi beberapa bagian kecil, lalu dengan perlahan menikmati daging sapi yang rasanya tiada dua itu. Banyak makanan di Mexico, mungkin kalau dirinya mengajak Vrans dam Xena pasti akan lebih terasa berkali-kali lipat menyenangkan karena pasalnya gadis manis nan lugu itu sangat menyukai berbagai macam camilan. Ia harus merekomendasikan negara ini sebagai tempat untuk berbulan madu sang putranya dengan kekasih.     

Bergantian dengan makanan yang sedang dikunyah dalam mulut, kini tangannya memainkan ponsel untuk iseng-iseng membuka postingan yang menghibur bagi dirinya. Postingan pemain sepak bola dan pengambilan vidio saat melakukan tembakan gawang adalah hal yang paling seru untuk di lihat.     

Tangan kirinya yang masih menggenggam garpu pun langsung saja menusuk daging sapi lalu di masukkan ke dalam mulutnya.     

Ting     

Satu notifikasi muncul di atas layar ponselnya. Ia lupa kalau di London pasti sudah hampir menginjak jam enam pagi. Membuka notifikasi tersebut yang berasal dari Instagram, lalu membuka sebuah snapgram milik Azrell yang men-tag dirinya di sana.     

"Selamat pagi, the richest CEO." gumamnya membaca caption yang tertera di status tersebut.     

Dengan kekehan kecil, Leo langsung saja menaruh garpu yang berada di tangan lalu jemarinya mulai menari-nari di atas layar ponsel untuk membalas ucapan yang di peruntukan dirinya namun bisa dilihat banyak orang.     

'Selamat pagi juga, Azrell.'     

Hanya itu saja yang ia ketikan sebagai balasan. Tidak mempunyai panggilan spesial kecuali 'sayang', itu juga di paksa oleh Azrell. Jadi ia lebih memilih untuk memanggil wanita tersebut langsung dengan namanya saja.     

Setelah itu, ia keluar dari akun milik Azrell beralih melihat postingan Felia yang muncul di beranda paling depan. Terlihat postingan kaki yang berada di dalam selimut namun arah kamera pun menyorot televisi yang menggantung di dinding. Tulisan dari sebuah film Hollywood terkenal terpampang jelas di sana, apalagi saat tangan yang dijulurkan ke depan itu menggenggam sebuah Tumblr beruang madu yang sangat lucu.     

Felia selalu memiliki daya tarik di balik tampilannya yang sangat sederhana. Dan ya, sepertinya Leo mulai tertarik dengan kesederhanaan itu.     

Melihat caption yang di ketik oleh wanita tersebut, lalu terkekeh kecil.     

'Watching with a real lover (Tumblr bear)?'     

Bagaimana Leo tidak terkekeh kalau caption-nya saja seperti itu? Menganggap Tumblr beruang sebagai kekasihnya? Lucu sekali. Ingin meninggalkan jejak komentar pun membuat dirinya memutar kedua bola mata karena hal itu bukanlah sesuatu yang baik, karena pasti akan menimbulkan sebuah permasalahan publik.     

Mencoba mengabaikan posting yang jujur saja sangat aesthetic, lalu beralih untuk menekan akun wanita tersebut. Saat kemarin Felia mengikuti akunnya, ia hanya iseng saja mengikuti balik akun dengan pengikut yang tidak mencapai 100 orang itu. Ya menurutnya memang Felia jarang sekali eksis di media sosial membuat wanita itu jarang sekali untuk sekedar narsis dan memposting wajahnya di akun.     

Padahal, Felia termasuk memiliki wajah dengan kecantikan yang natural. Kalau sedikit saja di poles make up dan juga mengenakan pakaian yang lebih anggun layaknya wanita lain, sudah dapat di pastikan jika dia akan menjadi sorot dunia.     

Ia sangat tahu kalau di dunia ini ada seseorang yang lahir berkecukupan dan sebaliknya, mungkin itu adalah hal yang menjadikan alasan bagi Felia.     

Menggulung layar dan meneliti semua postingan yang selalu menampilkan bagian tubuh Felia seperti kaki, tangan, dan kepala dengan ketertarikan. Apa wanita itu tidak pernah memiliki foto dengan wajahnya? Atau memang anti berfoto?     

Astaga, kenapa Leo menjadi laki-laki yang suka stalk seseorang seperti ini? Ia mengusap wajahnya dengan perlahan, lalu keluar dari aplikasi media sosial tersebut dan menaruh ponselnya di atas meja. Kembali menatap menu makanannya, lalu ia memilih unt meneguk tequila.     

Ah perpaduan yang nikmat dengan hati berdebar. Jangan sampai ia penasaran dengan sosok Felia karena dulu ia juga melakukan hal serupa dengan Azrell, namun setelah berhasil mendapatkan perhatian wanita tersebut, lama kelamaan rasa bosan hinggap di hatinya.     

Ia memang suka memilah-milah wanita, tapi kalau Felia sampai menjadi korban hatinya untuk yang selanjutnya, ia tidak rela menyakitkan hatinya.     

"Perfect night," ucapnya sambil menikmati fajita dengan ketenangan.     

Menyukai kesendirian bukan berarti kesepian, terkadang manusia membutuhkan waktu yang tepat untuk memanjakan dirinya sendiri sesuai dengan situasi.     

Dan kini, Leo tengah bermanja-manja dengan hidangan terkenal ini.     

...     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.